🎆 Nelayan Di Pesisir Pantai Sumatera Barat Menghadapi Musim Paceklik
MenurutBudi, nelayan tidak berani melaut melebihi radius 2 mil dari bibir pantai, karena gelombang air laut mencapai 5-7 meter. Dan diperparah lagi dengan angin kencang dan curah hujan tinggi. Oleh sebab itu, nelayan di pantai Tamban dan Sendangbiru lebih memilih berhenti melaut dan beralih pekerjaan menjadi buruh tani.
Penelitianyang dilakukan di wilayah pesisir pantai Sulawesi Selatan bertujuan untuk menghitung besarnya perbedaan pendapatan usaha tangkap nelayan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Anginbesar dan gelombang tinggi yang kini tengah mendera laut Nusantara menjadi pertanda buruk bagi kehidupan para nelayan. Ya, musim paceklik ANTARA News jateng tajuk
Bukujuga merupakan sumber harta yang tak ternilai harganya. Maka, teruslah memikirkan cara untuk menjalin persahabatan yang erat dengan buku Penggunaan modalitas ditunjukkan oleh kata membaca memang benar menjadi merupakan menjalin Nelayan di pesisir pantai Sumatra Barat menghadapi musim paceklik.
KBRN Manggar : Masuki musim paceklik, nelayan di pantai Mudong, Kabupaten Belitung Timur (Beltim), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Kesulitan melaut, akibat gelombang tinggi dan angin kencang, hingga membuat mereka terpaksa menyandarkan perahunya selama beberapa bulan.
CILACAP- Potensi gelombang tinggi hingga 4,0 meter di perairan selatan Cilacap dan Samudera Hindia selatan Cilacap menyebabkan nelayan di Cilacap gigit jari. Pasalnya, sudah hampir sepekan mereka tidak melaut. Ketua Nelayan Pandanarang Cilacap, Tarmuji mengatakan, saat musim angin barat seperti saat ini, nelayan di Cilacap mengalami paceklik. Kondisi ini sudah berlangsung selama sepekan
Sebagianbesar nelayan di Pantai Jayanti Kecamatan Cidaun, Cianjur, Jawa Barat, terpaksa berhenti melaut dan menganggur karena paceklik ikan dan larangan
Nelayan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengalami paceklik ikan akibat musim hujan melanda wilayah Garut selama dua tahun
SatgasCovid-19 Sebut Pasien Korona di Babel Tercatat 58 orang; Warga Tanah Abang Serukan Penolakan LGBT di CFW saat Pawai Obor; Anggota DPR Dukung Peningkatan Desa Wisata Karampuang; Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriyah, Sebagai Hijrah; Jelang Temu Bisnis, Pertamina Upskilling 80 UMK Labuan Bajo
Seribuannelayan di pesisir pantai Cianjur selatan, Jawa Barat, memilih melaut pada tanggal 17 April karena bersamaan dengan musim panen ikan yang sejak beberapa bulan ANTARA News sumsel polhukam Top News; Terkini; Petugas tangkap 16 orang saat gerebek kampung narkoba di Sumut. Kamis, 10 Februari 2022 23:27.
Alokasisemacam dana sosial ini siap digelontorkan guna mengatasi paceklik nelayan, akibat musim barat.'Sejak dihapus pada tahun 2008, pemerintah tak memiliki anggaran lagi untuk membantu nelayan dalam menghadapi masa paceklik nelayan ini,' ujar Riyono yang dikonfirmasi, Sabtu (7/1).Penghapusan ini, lanjutnya, juga berdampak pada keuangan di
Nelayandi pesisir pantai Sumatra Barat menghadapi musim paceklik. Keadaan ini berlangsung selama dua minggu disebabkan bulan terang dan gelombang laut tinggi. Akibatnya, produksi ikan hasil tangkapan menurun. Jenis teks eksposisi tersebut adalah . a. proses b. definisi c. perbandingan d. klasifikas e. sebab-akibat jawaban E Pembahasan
qXgkyU. Jakarta ANTARA - Fenomena musim paceklik ikan atau biasa disebut musim angin barat sebenarnya adalah kejadian tahunan yang kerap diketahui banyak orang khususnya di kawasan pesisir. Pada periode yang biasanya terjadi dari awal Desember hingga pertengahan Februari, cuaca biasanya sangat buruk serta ombak sangat bergelombang dan tinggi. Akibatnya, kondisi itu juga berbahaya bagi nelayan yang ingin melaut untuk menangkap ikan guna menghidupi kehidupan sehari-hari mereka dan anggota keluarganya. Hal tersebut juga mengakibatkan tangkapan ikan juga biasanya menjadi merosot, sehingga nama dari fenomena tersebut disebut dengan sebutan musim paceklik ikan. Pada saat-saat seperti itu, biasanya nelayan akan mengisi waktu mereka antara lain dengan memperbaiki alat tangkap maupun kondisi perahu mereka. Ada pula nelayan yang kerja serabutan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga karena pendapatan dari melaut nyaris tidak ada. Apalagi, biasanya kantor BMKG di berbagai daerah juga kerap menyuarakan peringatan dan mengimbau agar nelayan berhati-hati serta waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi di laut. Dengan tidak adanya pendapatan dari melaut, maka tentu saja fenomena itu sangat berpengaruh kepada kondisi nelayan kecil dan anggota keluarganya, yang kerap bergantung kepada hasil sehari-hari dari menangkap ikan. Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim menyarankan dalam rangka mengatasi dampak musim paceklik ikan, perlu diberikan skema bantuan seperti Bantuan Langsung Tunai BLT kepada nelayan kecil dan anggota mereka. Bantuan seperti itu dinilai sangatlah berarti untuk membantu mengangkat beban nelayan dan anggota keluarganya. Diperparah pandemi Dampak paceklik ikan kepada tingkat kesejahteraan kalangan masyarakat pesisir itu juga diperparah dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih menerpa. Pandemi juga menyebabkan beban menjadi berganda bagi nelayan kecil, yaitu selain tidak bisa melaut, juga merasa cemas dengan kondisi kesehatan saat wabah. Efek dari pandemi yang masih merajalela di bumi Nusantara itu juga sedikit banyak berdampak kepada tingkat perekonomian warga, termasuk nelayan kecil. Dengan terhimpit beban ekonomi itu, masih ada nelayan yang terpaksa untuk tetap melaut guna mencari sesuap nasi bagi anggota keluarga mereka. Akibat dari melaut dengan cuaca yang tidak bersahabat dan bergelombang tinggi, maka potensi terjadi kecelakaan juga sangatlah tinggi. Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch DFW Indonesia Moh Abdi Suhufan mengingatkan bahwa dalam kurun waktu 1 Desember 2020-10 Januari 2021, pihaknya menemukan ada hingga sebanyak 13 kali insiden kecelakaan yang dialami oleh perahu nelayan dan kapal perikanan di perairan Indonesia. Dari jumlah tersebut, ditemukan bahwa tercatat sebanyak 48 orang menjadi korban dengan rincian 28 orang hilang, tiga orang meninggal, dan 17 orang selamat. Berbagai tragedi kecelakaan itu utamanya terjadi karena cuaca ekstrim seperti gelombang tinggi yang menyebabkan kapal terbalik, tabrakan dengan kapal besar, kerusakan mesin dan terbawa arus. Dengan banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi, maka nelayan juga diharapkan dapat betul-betul mematuhi imbauan otoritas pelabuhan serta tidak memaksakan diri untuk melaut bila cuaca tidak mendukung. Terkait kepada kasus kecelakaan yang menimpa nelayan, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menyatakan telah mengupayakan pemenuhan hak awak kapal perikanan baik berupa jaminan kecelakaan kerja bagi mereka yang selamat, dan santunan jaminan kematian untuk keluarga awak kapal perikanan yang dilaporkan meninggal dunia. Asuransi wajib Plt Dirjen Perikanan Tangkap KKP M Zaini juga mengingatkan bahwa asuransi wajib dimiliki oleh awak kapal perikanan yang merupakan tanggung jawab dari perusahaan perikanan/pemilik kapal perikanan. Hal tersebut juga tertuang dalam perjanjian kerja laut antara awak kapal perikanan dengan pemilik kapal perikanan atau perusahaan perikanan. Seperti diketahui, perjanjian kerja laut menjadi salah satu syarat kapal perikanan dapat melakukan aktivitas penangkapan ikan. Sebelum kapal meninggalkan pelabuhan perikanan, Syahbandar perikanan akan melakukan pengecekan ulang seluruh dokumen kapal termasuk perjanjian kerja laut. Penerapan perjanjian perjanjian kerja laut bagi awak kapal perikanan itu juga merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk pelaksanaan sistem hak asasi manusia pada usaha perikanan, khususnya usaha perikanan tangkap. Tujuan dari hal tersebut agar awak kapal perikanan mendapatkan kesejahteraan serta jaminan sosial berupa jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun. KKP juga menyatakan tegas akan terus mengawal penerapan dari berbagai ketetapan tersebut dan mendorong perusahaan perikanan menerapkannya sebagai upaya meningkatkan taraf hidup awak kapal perikanan. Peneliti DFW Indonesia Muh Arifuddin juga menginginkan pemerintah dapat meningkatkan pengawasan kepada kapal nelayan dan kapal perikanan yang akan melaut. Pengawasan itu dapat dilakukan antara lain dengan gencar melakukan inspeksi dalam rangka memeriksa aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Berbagai alat yang harus dipastikan terdapat dalam kapal ikan antara lain adalah pelampung hingga radio komunikasi. Dengan adanya radio komunikasi, maka identitas kapal akan dapat diketahui sehingga bisa memudahkan upaya penyelamatan di laut bila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan saat melaut. Apalagi, biasanya di sejumlah lokasi ada pihak penjaga pantai yang kerap memantau situasi di laut selama 24 jam sehari melalui kanal saluran radio. Sedangkan bila hanya mengandalkan telepon seluler maka berpotensi tidak bisa dimanfaatkan bila karena jangkauan sinyal seluler cenderung relatif pendek, serta bila tidak ada sinyal maka dapat dipastikan kehilangan kontak pula. Selain itu, pemerintah juga dinilai perlu melakukan program pelatihan dan simulasi kepada nelayan dan awak kapal perikanan jika menghadapi kecelakaan di tengah laut. Dengan benar-benar mengantisipasi berbagai aspek tersebut, maka diharapkan juga bisa meminimalkan jumlah korban karena kecelakaan saat melaut, serta mengatasi dampak lainnya musim paceklik ikan kepada kalangan nelayan kecil. Baca juga Pengamat Musim paceklik ikan, BLT perlu diberikan ke nelayan kecil Baca juga KKP nilai ruang pendingin bermanfaat antisipasi paceklik ikan Baca juga Pendapatan nelayan anjlok, pemerintah diminta beli tangkapan nelayan Baca juga KKP kembangkan riset pendingin mini untuk kapal nelayan COPYRIGHT © ANTARA 2021
Dampak krisis iklim makin nyata di Sumatera Barat. Pesisir di beberapa wilayah di provinsi itu terus terkikis abrasi. Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir LRSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebut, abrasi pantai terjadi di Padang, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Agam dan Pasaman Barat. LRSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan mengambil sampel untuk Padang saja mengalami kehilangan garis pantai 21-49,4 meter per tahun. Kehilangan itu terjadi sepanjang 24,7 kilometer dari 74 kilometer garis pantai di Padang pada 2009-2018. Rumah-rumah miring, bahkan sebagian terpaksa pindah karena pemukiman mereka sudah jadi lautan. Mongabay mendatangi Pantai Air Manis, Pantai Pasia Jambak, di Kota Padang sampai Pantai Baru di Limau Manis, Kabupaten Pariaman. Wisnu Arya Gemilang, peneliti geologi lingkungan LRSDKP, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan BRSDM-KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan, penting manajemen pantai berkelanjutan untuk pengembangan wilayah pesisir. Pesisir Sumatera Barat di beberapa wilayah mulai terdampak krisis iklim. Pesisir terus terkikis abrasi. Rumah-rumah miring, bahkan sebagian terpaksa pindah karena pemukiman mereka sudah jadi lautan. Mongabay mendatangi Pantai Air Manis, Pantai Pasia Jambak, di Kota Padang sampai Pantai Baru di Limau Manis, Kabupaten Pariaman. Di Pantai Air Manis, rumah warga sudah ada yang rusak terkena abrasi, seperti dialami Yus dan keluarga. Pengalaman mencekam Yus alami September 2021, kala hantaman ombak besar ke rumah mereka. Lantai kamar ambrol dan air laut masuk. Yus bersama Edi, sang suami dan anak sedang menguras air yang masuk ke kedai, berada di bangunan rumah paling depan. Saat sibuk menguras, terdengar gemuruh mencurigakan. Ketika melihat ke dalam, Yus lemas. “Onde mande di siko sudah parah,” katanya. Lantai salah satu kamar sudah bolong. Debur ombak langsung dari tempatnya berdiri. Ada lubang sekitar satu meter. Mereka pun mengeluarkan perabot dalam kamar. Angkut lemari dan dipan ke ruang tengah. Lubang yang menganga di kamar Yus ditimbun pasir dan batu karang dari pulau seberang. Yus bilang, air laut sering seperti menerpa rumahnya berkali-kali. Pukul WIB ke atas, rumah mereka jadi garis pantai. Pada hari berikutnya mereka tidur di kamar yang tak roboh. Meski pun dinding berdentumoleh hantaman ombak. Karena tak tahu harus pindah kemana lagi dan ekonomi pas-pasan, Yus dan Edi berinisiatif menanam mangrove sedikit dan menumpuk karung-karung berisi pasir dan batu karang di dinding rumah yang menghadap laut lepas. Yus dan Edi berupaya melindungi rumah mereka dari debutan ombak dengan karung-karung berisi batu. Foto Uyung Hamdani Kejadian ini membuat pengeluaran mereka bertambah. Mereka membeli selusin karung di pabrik roti Kadang sebulan dua sampai tiga kali mereka beli. “Pasir sama batu ambil di pulau,” kata Edi. Peristiwa 2021 itu bukan pertama dan sepertinya bukan terakhir. Yus dan keluarga selalu was-was. Abrasi parah terus terjadi sejak 2015. Hingga kini, kalau sudah masuk musim penghujan, mereka was-was. Mereka beruntung ajuan pinjaman kedit usaha rakyat KUR lolos dengan jaminan motor. Uang mereka gunakan untuk jualan ikan dan kedai makan dan minum kopi bagi warga sekitar dan orang berkunjung. Ibu anak tiga ini sedikit lega ketika satu anaknya sudah bekerja. Setidaknya, uang mereka bisa untuk memperbaiki rumah. Rumah yang sudah dapat dana renovasi dari Badan Amil Zakat Nasional di Padang. “Kalau ada uang maulah pindah. Tidak jauh-jauh dari sini juga karena mata pencaharian kami di laut inilah.” Nada suara Yus naik ketika ingat omongan Walikota Padang, Mahyeldi Ansyarullah– kini Gubernur Sumbar–, datang dan menyuruh Yus dan keluarga pindah begitu saja. Mereka disuruh minta tanah pada ninik mamak. “Kalau ada uang kami tentu tidak mengeluh ke pemerintah waktu itu,” katanya ketus. Abrasi tak hanya Kota Padang, juga terjadi di Pariaman, seperti di Pantai Pasir Baru Sungai Limau. Nur Eli, warga Pasir Baru, ingat betul beberapa bulan lalu dentuman ombak menghantam bagian belakang rumah. Rumah Nur pun ambruk. Malam itu, rumahnya ramai seperti biasa. Dia tinggal dengan suami dan delapan anak. Mereka panik, berlari keluar rumah. Setelah reda mereka melihat warung yang biasa digunakan Nur berdagang sarapan pagi juga roboh sebagian. “Usaha kita macet. Ndak bisa jualan,” katanya. Nur tidak bekerja seperti biasa. “Lokasi sedang tidak mengizinkan. Nunggu bantuan dari pemerintah. Kalau sekarang modal juga belum ada. Kalau sudah ada dana pasti jualan nasi seperti biasa dari pukul pagi sampai sore.” Enekregel, suami Nur masih melaut dari pukul Selama 10 hari berturut-turut melaut sampai ke Tiku, dengan hasil tangkapan mengecewakan. Enekregel mengatakan, laju kerusakan makin parah pada akhir 2021. “Ada beberapa bantuan seperti karung pasir. Tapi tetap dimakan abrasi,” katanya. Sumur mereka pun sudah masuk terkena ombak laut walau ada dua batu pemecah ombak mengapit rumahnya. Enekregel, yang melihat rumahnya roboh karena abrasi. Foto Jaka Hendra Baitiri/ Mongabay Indonesia Tetangga Enek pun alami hal serupa termasuk sebuah sekolah negeri dengan pasir mulai menutupi dinding sekolah. Pantai Pasia Jambak di Pariaman pun mengalami abrasi parah. Tommy Adam, Kepala Bidang Riset dan Advokasi Walhi Sumbar mengatakan, dampak nyata abrasi di pantai Padang makin meningkat. “Seperti baru-baru ini terjadi di Pantai Pasia Jambak, gelombang pasir mencapai tiga meter, berdampak di Kelurahan Pasia Nan Tigo.” Kala itu, gelombang pasir dengan cakupan luas hektar dengan garis pantai sepanjang 7,2 km. Dari topografi terletak pada ketinggian 0–3 meter di atas permukaan laut. Kelurahan ini sedang mengalami dampak dan ancaman nyata. Dari analisis spasial Walhi Sumbar, abrasi mencapai lebih 50 meter di dari bibir pantai Kelurahan Pasia Nan Tigo. Ada ratusan rumah terancam hilang dan diperkirakan kerugian miliaran rupiah karena abrasi. Data Dinas Sosial, jiwa penduduk akan terpapar di kelurahan itu. Faktor internal yang mempengaruhi abrasi, katanya, alih fungsi lahan di Kelurahan Pasia Nan Tigo. “Alih fungsi lahan mangrove atau tanaman rawa menjadi tambak udang.” Pada 2021, sebanyak 31 petak tambak udang di Kelurahan Pasia Nan Tigo, berasal dari alih fungsi lahan rawa dan hutan mangrove. “Sejatinya, hutan mangrove yang menjaga kestabilan ekosistem pesisir dari gelombang air laut,” katanya. Menurut Tommy, bila tidak ada antisipasi Pemerintah Sumbar dan Kota Padang bencana abrasi akan banyak merugikan masyarakat. “Maka pemerintah kota harus mengeluarkan anggaran besar untuk relokasi pemukiman, dan mencari alternatif mata pencarian baru bagi warga Pasir Nan Tigo.” Rumah Edi di Pantai Air Manis, yang dihempas ombak tiap malam. Foto Jaka Hendra Baitiri/ Mongabay Indonesia Dampak perubahan iklim Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir LRSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan mengambil sampel untuk Padang saja mengalami kehilangan garis pantai 21-49,4 meter per tahun. Kehilangan itu terjadi sepanjang 24,7 kilometer dari 74 kilometer garis pantai di Padang pada 2009-2018. Di Kabupaten Padang Pariaman ada sekitar 10,58 meter abrasi terjadi tiap tahun. LRSDKP menyebut, abrasi pantai terjadi di Padang, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Agam dan Pasaman Barat. Ulung Jantama Wisha, peneliti Oseanografi Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan, dampak perubahan iklim seperti kenaikan air muka laut memang terjadi. Kenaikan di Kota Padang 0,37 cm per tahun. Pemerintah berusaha memasang batu grip atau groin untuk mencegah abrasi. Moushumi Chaudury, Program Director Community Resilience dari The Nature Conservation mengatakan, tidak cukup hanya pembangunan sea wall tetapi perlu rekayasa solusi berbasis alam. Keduanya mesti digabungkan. Wisnu Arya Gemilang, peneliti geologi lingkungan LRSDKP, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan BRSDM-KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan, penting manajemen pantai berkelanjutan untuk pengembangan wilayah pesisir. “Ini diakui pemerintah kota dan pemerintah lokal, terlebih pemerintahan Sumatera Barat. Pengembangan dan pertumbuhan kawasan pesisir sangat pesat,” katanya. Meskipun begitu manajemen pantai harus untuk mencapai penggunaan fisik optimal dan pengembangan sumber daya pesisir selatan. Ia dibuat dengan memperhatikan elemen fisik alami dari lingkungan pantai serta memenuhi dasar kebutuhan sosial dalam lingkungan pesisir. “Penilaian terhadap indeks kerentanan pesisir mempertimbangkan beberapa faktor penyebab kerentanan pesisir baik faktor alam, antropogenik, sosial ekonomi serta efektivitas respons rekayasa bangun pelindung pantai,” kata Wisnu. Dia bilang, terjadi ketidakseimbangan ekosistem kawasan pesisir. Satu buktinya, abrasi-akresi, perubahan sifat air tanah kawasan pesisir menjadi payau-asin dan banyak penurunan tanah di kawasan pesisir padat penduduk. Menurut dia, ada beberapa faktor lain yang mendorong fenomena abrasi akresi di pesisir Sumbar. Faktor-faktor itu adalah material penyusun pantai, paparan gelombang yang berkaitan dengan lokasi apakah ada pelindung pantai baik natural atau buatan. “Tata guna lahan terpenting adalah kondisi muara-muara sungai sekitar pesisir yang jadi sumber sedimentasi,” katanya. Selain itu, fenomena abrasi di Sumbar sangat dipengaruhi kondisi hidrodinamika perairan laut lepas dengan kecepatan energi gelombang cukup kuat. Ini disertai material penyusun pantai berupa material bebas seperti pasir. “Juga tidak disertai upaya penahan atau peredam gelombang tepat guna hingga makin memperparah fenomena abrasi di beberapa tempat.” “Penentuan efektivitas pelindung pantai di Sumbar, katanya, sangat penting agar bangunan pelindung pantai bisa efektif meredam energi gelombang dan mengurangi dampak abrasi. Selain itu, katanya, muka air tanah dangkal di kawasan pesisir jadi satu faktor air tanah pesisir rentan terhadap pencemaran baik antropogenik maupun alam. Kondisi penggunaan lahan dapat menimbulkan beberapa penyesuaian terhadap alam. Mengingat jumlah sumber daya air tanah pesisir terbatas dan jarak muka air tanah terhadap muka air laut sangat dekat, katanya, dapat memicu proses perubahan kualitas air tanah jadi payau-asin. Peningkatan ekstraksi air tanah pesisir yang berlebihan, katanya, bisa menyebabkan penurunan muka air tanah. Dengan begitu, zona interface air tanah lebih rendah terhadap zona interface air laut hingga menyebabkan perubahan kualitas air tanah. Dia bilang, perlu penelitian menyeluruh terhadap fenomena perubahan kualitas air tanah ini hingga dapat diketahui faktor pemicunya, antropogenik atau alam. ******** Artikel yang diterbitkan oleh
This research aims to understand the role of a fisher group as a forum for fishers to study, work together and also as a production unit and business unit, as well as the influence of fishing groups in tourism development. Research conducted in Pantai Padang, this type of research is qualitative research. Techniques used in the study are observation techniques, interviews, and documentation. There are three groups of fishermen in Pantai Padang. In this research, just focus on one group, Purus fishermen group 1. Purus fishing group 1 has a gathering point to quite far from the dove of peace pigeon; this monument is one of the famous objects in the tourist area in Pantai Padang. Because of its location far from tourist attraction, The Purus fishermen group is quieter compared to the gathering point of other fishing groups. This group can be said to have no direct role in the development of attraction Pantai Padang. This fishing group has twenty-seven members. Purus 1 fishing group is a fishing group that focuses on fishing. The seaside area in the Purus 1 fishermen area is also not as good as the seashore used as a tourist spot. The driving force why the Purus fishermen group does not have too much role in the development of tourism. However, the fishermen group has a significant influence on each member. Member helps one another and work together in fishing. So, those fishers who do not have gasoline as capital for the sea, he can still get money from the result of helping or cooperating with other members. A. Pendahuluan Indonesia merupakan negara maritim yang mana luas daratan lebih kecil dibandingkan luas laut yang ada. Garis pantai tiap pulau yang ada di Indonesia sekitar km. Hal tersebut yang membuat Indonesia berada di urutan ke dua dunia setelah kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang. Tentu saja itu merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Sumatra Barat terletak di pesisir barat di bagian tengah pulau Sumatra yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Provinsi ini memiliki daratan seluas km² yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Peran Kelompok Nelayan di Kawasan Pantai Padang, Sumatera BaratDia Ayuni Merisya1 *, Lucky Zamzami2, Syahrizal31 2 3 Department of Anthropology, FISIP, Universitas Andalas, Padang, Indonesia.* Correspondence Email diaayunimerisya98 This research aims to understand the role of a fisher group as a forum forfishers to study, work together and also as a production unit and businessunit, as well as the influence of fishing groups in tourism conducted in Pantai Padang, this type of research is qualitativeresearch. Techniques used in the study are observation techniques, interviewand documentation. There are three groups of fishermen in Pantai Padang. Inthis research, just focus on one group, Purus fishermen group 1. Purus fishinggroup 1 has a gathering point to quite far from the dove of peace pigeon; thismonument is one of the famous objects in the tourist area in Pantai of its location far from tourist attraction, The Purus fishermen groupis quieter compared to the gathering point of other fishing groups. This groupcan be said to have no direct role in the development of attraction PantaiPadang. This fishing group has twenty-seven members. Purus 1 fishing groupis a fishing group that focuses on fishing. The seaside area in the Purus 1fishermen area is also not as good as the seashore used as a tourist spot. Thedriving force why the Purus fishermen group does not have too much role inthe development of tourism. However, the fishermen group has a significantinfluence on each member. Member helps one another and work together infishing. So, those fishers who do not have gasoline as capital for the sea, hecan still get money from the result of helping or cooperating with Fishing group; Fishermen; Tourism DevelopmentA. PendahuluanIndonesia merupakan negara maritim yang mana luas daratan lebih kecildibandingkan luas laut yang ada. Garis pantai tiap pulau yang ada di Indonesia km. Hal tersebut yang membuat Indonesia berada di urutan ke dua duniasetelah kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang. Tentu saja itumerupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Sumatra Baratterletak di pesisir barat di bagian tengah pulau Sumatra yang terdiri dari dataranrendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit ini memiliki daratan seluas km² yang setara dengan 2,17%luas Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masihditutupi hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang km dengan luas perairan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalamprovinsi luasnya kawasan pantai dan laut yang dimiliki oleh Indonesia tentu sajamenjadi potensi yang besar untuk meningkatkan perekonomian di daerah maritimedengan mengembangkan peran kelompok nelayan dan juga pengembangan pariwisataalam dan wisata kuliner. Data dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2013menunjukkan sektor pariwisata berada diurutan keempat sebagai penghasil devisaterbesar di Indonesia dengan total pendapatan 7,6 milliar dollar USD. Indonesiamenawarkan wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah dan lainnya yang tersebar diseluruh pelosok negeri, baik yang telah dikelola dengan baik maupun belum dikeloladan belum terjamah oleh manusia. Kawasan wisata pantai memiliki peminat yangsangat tinggi baik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Peran pemerintahdan juga masyarakat daerah sangat pentig dalam pengembangan wisata ini,denganharapan nantinya sektor pariwisata dapat meningkatkan pendapatan asli daerah atauPAD dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama nelayan. Pengelolaanwisata bahari dapat juga membuat peningkatan lapangan pekerjaan yang manaidealnya dalam pengelolaan wisata masyarakat asli daerah juga di ikut sertakan dalamhal tersebut karena masyarakat tersebut telah tiggal dan menetap di daerah obyekwisata adalah sebuah pekerjaan yang meiliki resiko tinggi. Bekerja sebagai nelayantentu saja sangat tergantung pada kondisi cuaca yang kadang dapat merugikannelayan. Jika cuaca buruk seperti angin badai atau hujan lebat, nelayan tidak bisamelaut dan tentu saja hal tersebut akan berdampak pada pendapatan mereka danperekonomian akan terganggu. Oleh karena itu jika dilihat sebagain nelayan akanmencari pekerjaan tambahan agar tetap bisa mendapatkan uang untuk memenuhikebutuhan ekonominya. Salah satu alternatifnya adalah memanfaatkan potensi wisatayang ada dan juga ikut bergerak dalam pengelolaan wisata tersebut. Terdapat perandari kelompok nelayan yang sangat menentukan bagi keberhasilan para nelayan dalamperan mereka pada kegiatan sektor pariwisata. Menurut Keputusan menteri kelautandan perikanan republik Indonesia Nomor fungsi kelembagaan pelakuutama perikanan mempunyai fungsi sebagai wadah proses pembelajaran, wahanakerjasama, unit penyedia sarana dan prasarana produksi perikanan, unit produksiperikanan, unit pengolahan dan pemasaran, unit jasa penunjang, organisasi kegiatanbersama, dan kesatuan swadaya dan swadana. Peran kelompok yang ditekankandalam hal ini adalah peran kelompok sebagai wahana kerjasama dan unit jasapenunjang. Dibutuhkan indikator untuk mengukur atau melihat peran kelompoktersebut dalam usahanya di kegiatan pariwisata seperti peran pemimpin kelompok,peranan tugas kelompok, dan norma/aturan kelompok yang dilihat bagaimana peran kelompok nelayan dalam kegiatan pariwisata yangdapat memberikan peluang usaha dan kerja di sektor pariwisata bisa dilihatimplementasinya di suatu daerah tujuan wisata yang ada di Sumatra Barat yaitu dipantai Purus Padang. Penelitian mengenai hal yang sama dilakukan oleh Fadil Arfiantodan Amiruddin Saleh 2013 mengenai peran kelompok nelayan dalam kegiatanpariwisata terhadap peluang usaha dan kerja di Jawa Barat, desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangadaran, Provinsi Jawa Barat. Penelitian lainyang telah dilakukan oleh Putu Lilis Aristiarini, I Gst. Ag. Oka Mahagangga 2015mengenai Peranan Masyarakat Nelayan Dalam Aktivitas Kepariwisataan di PantaiJameluk Desa Purwakerti Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Penelitian serupadilakukan oleh Lisbet Sihombing, Saptono Nugroho, 2018 berbicara tentang PeranKelompok Nelayan Dalam Aktivitas Pariwisata Di Desa Kedonganan Kuta, Bali. DelmiraSyafrini, Nora Susilawati, dan Mira Hasti Hasmira 2016 berbicara mengenai PartisipasiMasayarakat Lokal Dalam Mengembangkan Kawasamn Wisata Keluarga Studi KasusKawasan Wisata Pantai Purus PadangPenelitian mengenai peran kelompok nelayan terhadap perkembangan pariwisatapantai purus Padang dapat memberikan pengetahuan baru mengenai sejauh manakeikutsertaan kelompok nelayan dalam pengembangan dan pengelolaan parriwisatapantai purus Padang. Bagaimana Peran kelompok nelayan di pantai padang dalampengembangan wisata pantai purus dan apakah peran tersebut juga memberikandampak pada anggota kelompok nelayan itu sendiri. Berdasarkan permasalahn diatas,penulis ingin melihat bagaimana bentuk peran kelompok nelayan dalampengembangan pariwisata pantai Purus. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untukmendiskripsikan bagaimana bentuk peran kelompok nelayan dalam pengembanganpariwisata pantai Metode PenelitianPenelitian dilakukan di pantai Purus Padang, yang merupakan salah satu objekwisata pantai yang ramai dikunjungi oleh masyarakat lokal maupun wisatawan dariluar. Pantai padang atau yang lebih populer dengan sebutan taplau tapi lauik dalambahasa minang. Pantai ini terletak di kawasan yang cukup padat. Pantai ini terletak diKecamatan Padang Barat, dan membentang dari daerah Purus hingga muara dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatifTaylor, dkk, 1990. Moleong 20066 menyimpulkan penelitaian kulitatif adalahpenelitian yang bermaksut untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami olehsubjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Yaitu data yangberupa kondisi masyarakat nelayan dan juga peran dari kelompok nelayan dalampengembangan wisata pariwisata pantai Purus,Padang. Data lainnya tentu sajamengenai apakah peran dari kelompok nelayan tersebut memberikan dampak padapada anggota kelompook nelayan. Sumber data dalam penelitian ini adalah dataprimer dan data sekunder. Data primer adalah data-data yang di dapatkan dari hasilwawancara dengan narasumber mengenai permasalahan yang di teliti, sedangkandata-data sekunder adalah data-data yang di dapat dari penelitian terdahulu sertabuku-buku yang berbicara mengenai topic penelitian kali ini. Teknik pengumpulan datayang di gunakan dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara dan Hasil dan PembahasanSecara umum Kelurahan Purus memiliki luas 0,68 ha dengan sebelah utaraberbatasan dengan kelurahan Rimbo Kaluang, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Olo, disebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia dan batas sebelahtimur bebatasan dengan kelurahan Padang Pasir. Kelurahan Purus berada padaketinggian 5 m diatas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 30 c. Penduduk dikelurahan Purus jika dilihat menurut jenis kelamin terdiri dari orang untuk laki-laki, orang untuk perempuan dengan jumlah keseluruhan orang denganbanyak kepala keluarga yaitu KK. Jika dilihat dari agama yang di anut olehpenduduk kelurahan Purus, mayoritas penduduk memeluk agama islam dan jugaterdapat masyarakat yang menganut agama Kristen, Katolik, Budha dan juga dilihat dari tingkat pendidikan pada penduduk kelurahan Purus sebanyak 325orang tidak sekolah, 150 orang tamat sekolah dasar, 476 orang lulus SMP, 2810 lulusSMA , DIII sebanyak 302 orang , SI dan S2 sebanyak 205 orang. Di kelurahan Purusterdapat 8 RW dan 28 RT. Masyarakat yang tinggal di kelurahan Purus memilikiberagam pekerjaan yang mana sebagian besar adalah nelayan. Namun juga terdapatmasyarakat yang bekerja sebagai pedagang, pekerja kantoran, menjadi buruh kasardan pekerjaan yang lainnya. Jika dilihat, pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat sekitarpantai purus akan berhubungan dengan objek wisata yang Padang bisa dikatakan sebagai salah satu objek wisata yang menjadi pilihanbagi para wisatawan yang datang berkunjung ke Padang Sumatra barat. Objek wisataini menjadi suatu daya tarik bagi pengunjung. Disepanjang pantai padang banyakterdapat masyarakat yang menjual makanan dan minuman yang dapat dinikmatisembari menikmati suasana pantai. Kondisi pantai padang saat ini sudah lebih tertatadan juga lebih bersih. Trotoar jalan sudah di bangun sehingga para wisatawan yangberjalan kaki tetap bisa menikmati pantai dengan nyaman dan lebih aman. Pantaipadang juga merupakan tempat bagi para masyarakat setempat untuk mencaripenghasilan. Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pantai Padang sangatmenyadari seberapa besar potensi yang dimiliki pantai tersebut untuk dijadilan lahanmencari nafkah. Pantai padang dengan segala potensi yang dimilikinnya, objek wisatayang sangat ramai dijadikan pilihan untuk menghabiskan waktu bagi para populernya tempat wisata ini tentu ada hal lain yang juga tidak bisa lepasdari yang namaya laut dan pantai, yaitu nelayan. Nelayan yang sebenarnya adalahpenghuni asli dari sebuah laut dan di pantai padang sebagian besar masih memilih bekerja sebagainelayan. Nelayan di pantai padang tebagi me njadi tiga kelompok, yaitu KelompokNelayan Pururs 1, Kelompok Nelayan Purus 2 dan Kelompok Nelayan Purus nelayan yang ada di pantai padang dibentuk dengan tujuan meningkatkanpengetahuan,keterampilan dan kemandirian di dalam mengelola usaha perikanan danpenangkapan ikan di laut. Masyarakat yang masih memilih bekerja sebagai nelayanbiasannya adalah masyarakat asli yang memang sudah sejak dahulu tinggal dan besardi pantai padang atau bisa dikatakan mereka adalah penduduk asil disana. Menjadinelayan adalah suatu pilihan dan juga menjadi suatu hal yang memnag sepertinya akandipilih oleh masyarakat disana untuk tetap melanjutkan kehidupan mereka serta tetappada naluri yang mereka miliki karena sudah lama berada Nelayan Purus satu adalah salah satu dari tiga kelompok nelayan yangada di pantai padang. Kelompok nelayn ini memiliki pondok tempat berkumpul yangberada di tepi jalan, yang mana kelompok nelayan ini aadalah kelompok nelayan yang berada di kawasan paling ujung dari pantai padang. Kelompok nelayan yang adamemiliki batas-batas atau tempat yang bisa dikatakan menjadi daerah kekuasaanmereka dalam menangkap ikan. Tiap kelompok nelayan memiliki tempat berkumpulsendiri-sendir. Tempat berkumpul ini berbentk seperti pondok-pondok yang didiran ditepi jalan yang mana di pondok tersebut akan di temple spanduk yang menunjukkanidentitas kelompok nelayan yang memilikinya. Pondok ini dibangun dengan tujuan paranelayan memiliki tmpat untuk berkumpul dan bercengkrama serta beristirahat ketikaselesai melaut dan sebelum pergi melaut. Pondok tersebut menjadi tempat pertemuanbagi semua anggota kelompok dari masing-masing kelompok nelayan yang Nelayan Purus satu memiliki 27 orang anggota yang mana tiap anggotamemiliki hubungan yang seperti sangat akrab antara satu dan yang lainnya. Kelompoknelayan ini memiliki anggota yang usianya beragam. Para anggota kelompok nelayanini tidak semua adalah orang yang memiliki usia tua namun ada yang masih berusiamuda. Dari hal ini bisa dilihat ternyata menjadi nelayan bukanlah perihal umur danterkadang juga tidak selalu dikarenakan keinginan, menjadi nelayan kadang jugamenjadi suatu alternatif atau pilihan lain bagi seseorang dikarenakan tidak tercapainyakeinginan awal. Pak andi berusia diujung 50 tahun, ia telah menjadi nelayan dari usiamuda, saat ini diusia yang berada di ujung 50 tahun pak Andi masih setia denganpekerjaan ini. Pak andy memiliki dua orang anak, anak beliau yang pertama adalahperempuan berusia 28 tahun yang saat ini sudah menikah dan memilki tiga orang pak Andi yang kedua adalah laki-laki yang saat ini berusia sekitar 19 tahun, ia ikutmelaut bersama pak andi setiap harinya. Pak Andi mengatakan jika anak laki-lakinyasudah berhenti sekolah sejak kelas dua SMA, alasan berhentinya pendidikan adalahkarena ketidak sanggupan pak Andi dalam membiayai sekolah. Pak Andi jugamengatakan jika penghasilan yang di dapat dari melaut tidak cukup untuk membiayaisegala kebutuhan apalagi ia masih harus menyimpan uang untuk membayar nelayan yang ada di pantai padang berfungsi sebagai wadah apabila adabantuan yang akan diberikan oleh pemerintah pada nelayan ataupun jika adainformasi-informasi yang perlu untuk nelayan. Kelompok nelayan purus satu memanghanya fokus pada menangkap ikan dan tidak terlibat dalam pariwisata yang ada dipantai padang. Salah satu anggota kelompok nelayan mengatakan bahwa paraanggota kelompok nelayan purus satu hanya focus dalam mencari ikan dan para istrihanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, pak Andy juga mengatakan jika para istrikelompok nelayan tidak ada yang berdagang di sekitar pantai padang. Kebanyakanpedagang yang berjualan di sepanjang pantai padang adalah masyarakat yang beradadiluar daerah pantai padang dan kebanyakan adalah pendatang. Alasan lain mengapaanggota kelompok nelayan purus satu tidak terlalu ikut berpartisipasi dalamperkembangan pariwisata pantai padang adalah karena kondisi pantai yang berada didekat pondok kelompok nelayan ini tidak sebagus kondisi pantai yang mana banyakpedagang kelompok nelayan di pantai padang jika ditarik kesimpulan adalah untukmeningkatkan kemandirian dan usaha dari anggota kelompok nelayan itu nelayan menjadi wadah bagi para nelayan agar usaha mereka bisa lebihmaju dan berkembang. Kelompok nelayan tidak terlalu ikut serta dan emeberikan peran terhadap perkembangan pariwisata pantai kelompok nelayanpurus satu sangat terlihat hubungan yang sangat hangat, hubungan yang memangseperti keluarga dekat, dimana rasa kekeluargaan sangat terasa. Tiap anggotakelompok nelayan purus satu saling membantu satu sama lain baik dalam bekerjamaupun dalam hubungan social yang lainnya. Tidak ada rasa enggan dalam memberibantuan terhadap sesama anggota kelompok nelayan. Dan besarnya rasa salingpercaya diantara anggota kelompok nelayan membuat adanya kelompok nelayan inibukan hanya sekadar kelompok formal saja namun juga menjadi wadah untukmenjadikan tiap anggotanya seperti keluarga. Dengan adanya kelompok nelayan,secara tidak langsung juga dapat membantu anggota yang sedang tidak memilikimodal untuk melaut . Jika ada salah seorang anggota kelompok nelayan yang tidakmelaut karena tidak ada modal atau bensin, maka anggota kelompok yang lain akanmengajaknya untuk melaut bersama ataupun ikut “ mamukek” pada hari nelayan memeberikan harapan bagi para anggotanya untuk bisa tetapmendapatkan rezeki dan hasil dari pekerjaan mencari nelayan pada masyarakat nelayan pantai padang memang tidakbereperan secara langsung dalam pengembangan pariwisata pantai padang. Namunkelompok nelayan tetap menjalankan peran sebagai suatu wadah bagi para nelayanpantai padang untuk mencari nafkah. Kelompok nelayan berguna bagi para nelayandan anggota kelompok nelayan yang ada, dengan adanya beberapa kelompok nelayandi pantai padang, para nelayan bisa mendapat wadah bagi mereka agar lebih mudahdalam bekerja sebagai seorang nelayan. Kelompok nelayan yang ada nantinya akanmenjadi tempat penyaluran bantuan dari pemerintah dan juga pusat pelatihan baginelayan setempat. Dengan adanya kelompok nelayan, para nelayan memiliki daerahmelaut yang lebih jelas dan tentu saja hal ini sangat baik karena dapat menjagahubungan antara kelompok nelayan satu dengan kelompok nelayan yang kelompok nelayan juga membuat dan membentuk sebuah ikata antara paraanggotanya. Adanya kelompok nelayan, secara tidak langsung seiring berjalannyawaktu memberikan rasa kepada para anggota kelompok. Anggota kelompok nelayanmemiliki hubungan yang sangat hangat, hal ini bisa dilihat dari rasa percaya yangterjalin antara anggota kelompok nelayan. Anggota kelompok nelayan memberikankepercayaan yang besar kepada sesame antara kelompok nelayan, ketika nelayan baruselesai mengambil ikan dilaut, maka kemudian akan langsung dijual di dekat tempatkumpul kelompok nelayan, apabila sang nelayan yang sedang menjual ikan tadia akanpeprgi melaut kembali, maka nantinya iya akan memintak pertolongan pada anggotakelompok yang sedang tidak pergi melaut untuk menjualkan ikannya. Jika tidak adarasa percaya antara anggota kelompok nelayan, tentu saja tidak akan terjadi KesimpulanPantai Padang selain memiliki daya tarik sebagai salah satu destinasi wisata yang dicari wisatawan, masih menyimpan daya tarik yang lain yaitu kelompok nelayan yangsewajarnya dikatakan sebagai penghuni asli kawasan pantai dan laut. Pantai Padangmemiliki tiga kelompok nelayan, salah satu nya adalah kelompok nelayan purus nelayan purus satu hanya berfokus pada pekerjaan sebagai nelayan, yaitu memcukupi perekonomian dengan mencari dan menangkap ikan dan buruan dari nelayan purus satu tidak terlalu berperan dalam pengembangan pariwisatapantai padang. Kawasan tepi pantai di daerah kelompok nelayan purus satu tidaksebagus tepian pantai yang telah dijadikan tempat wisata. Ini adalah salah satu faktormengapa kelompok nelayan purus satu tidak terlalu berperan dalam pembangunanpariwisata pantai padang. Kelompok nelayan purus satu memiliki 27 anggota yangsebagaian besar anggota memilki kapal pribadi untuk melaut. Kelompok nelayan purussatu mungkin memang tidak memiliki banyak peran dalam pengembangana wisatapantai padang, namun kelompok nelayan memberikana peran yang baik untukanggota kelompok. Dengan adanya kelompok nelayan, distribusi bantuan dapat lebihjelas dan terkontrol serta adanya kelompok nelayan secara tidak langsung memberikanbantuan pada para anggota yang mengalami kesulitan saat akan PUSTAKAAgrovital, Martha Wasak, 2012, Keadaan Sosial Ekonomi masyarakat Nelayan di DesaKinabuhutaKecamatan Likupang Minahasa Utara,Sulawesi Utara, Pacifik JurnalAndhika Rakhmanda, Suadi, dan Supardjo Supardi Djasmani, 2018 , Peran KelompokNelayan DI Pantai Sadeng Kabupaten Gunung Kidul Jurnal SosiologiPedesaanChatrine Nefolita, 2018 , Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di KotaTanjung Balai Provinsi Sumatra Utara Putu Lilis Aristiarini, I Gst. Ag. OkaMahagangga, 2015, Peranan Masyarakat Nelayan Dalam aktivitasKepariwisataan di Pantai di desa Jameluk Purwakerti Kecamatan AbangKabupaten Karang Asem, Jurnal Destinasi PariwisataDelmira Syafrini, Nora Susilawati, dan Mira Hasti Hasmira, 2016, Partisipasi masyarakatLokal Dalam Mengembangkan Kawasan Wisata Keluarga Studi KasusKawasan Wisata Pantai Purus Padang, Jurnal SocingFadil Arfianto1, Amiruddin Saleh, 2013, Peran Kelompok Nelayan dalam KegiatanPariwisata terhadap Peluang Usaha dan Kerja, Jurnal PenyuluhanIda Bagus Jelantik Swasta, 2014, Pengembangan Model Mina Wisata BerbasisPerikanan Tangkap di Buleleng Bali, Seminar Nasional Riset Inovatif IIIshak Manggabarani, 2016, Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan yang Bermukimdi Pesisir Pantai Studi Kasus Lingkungan Luwaor Kecamatan Pamboang,Kabupaten MajeneKarjadi Mintaroem & Mohammad Imam Farisi, 2001 , Aspek Sosial Budaya PadaKehidupan Ekonomi Masyarakat Nelayan Tradisional, Jurnal Studi IndonesiaKamarisa,Nanik Rahmawati, Rahma Syafitri, Interaksi Sosial Nelayan Pendatangdengan Masyarakat Lokal StudiBertahan Hidup Nelayan Pendatang di DesaTanjungkumbik Utara Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten NatunaLisbet Sihombing , Saptono Nugroho, 2018, Peran Kelompok Nelayan Dalam AktivitasPariwisata Di Desa Kedonganan Kuta, Bali, Jurnal Destinasi Pariwisata Masri, Maryono, Yudi basuki, Asnawi manaf, 2011, Karakteristik sosial, ekonomi, danbudaya dalam penyediaan perumahan pada masyarakat nelayan SungaiLimau, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Bonorowo WetlandsNadia Watung, Christian Dien dan Olvie Kotambunan, 2013, Karakteristik SosialEkonomi Masyarakat Nalayan Di desa Lopana Kecamatan Amurang TimurProvinsi Sumatra Utara, AkulturasiZamzami, L., Iwabuchi, A., Effendi, N., Ermayanti, Hendrawati, & Miko, A. 2019. Thedevelopment of marine resource conservation in Indonesia. Journal ofAdvanced Research in Dynamical and Control Systems,118 Special Issue,1281– L., & Iwabuchi, A. 2019. Andalas International Journal of Socio-HumanitiesFrom Fishing to Tourism A New Generation of Fishermen and MarineResource Tourism in INTERNATIONAL JOURNAL OFSOCIO-HUMANITIES Retrieved from ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Lucky ZamzamiAkifumi IwabuchiThis paper explains about fishermen community on the West Sumatra related to the state of tourism resources. A higher pressure economic situation on the coast made the fishermen community turn to tourism activity. The fishermen community has involved in tourism area who have been fishing for much longer. Fishermen households included the new generation of the fishermen have also diversified their incomes, with many fishing households turning to tourism actors with men and women involved in various activities in the tourism area. This research used a qualitative approach with the descriptive-interpretative method. Data of research were taken from several fishermen households directly related to the tourism area in the village of Sungai Pisang, Bungus Teluk Kabung District, Padang. This paper discusses fishermen community as the new fishermen, mainly of the village of Sungai Pisang population group, has often been blamed for the loss of traditional access regulations by the effect of marine resource tourism. Fishermen community and their identity with related to this employment generation for marine resource tourism. Development of marine resource tourism brings their life changes of the fishermen's families, in the form of socio-cultural and economic changed.
nelayan di pesisir pantai sumatera barat menghadapi musim paceklik